Kamis, 18 November 2010
Balutan Arsitektur Tiongkok di Masjid Cheng Ho
Balutan Arsitektur Tiongkok di Masjid Cheng Ho
MASJID terbalut bangunan khas Tionghoa. Hmm, hal seperti ini nampaknya masing jarang di Indonesia namun bukan berarti tidak ada karena di Surabaya tepatnya di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Anda akan menemukan masjid yang seperti ini yaitu Masjid Cheng Ho.
Mendengar namanya saja, kita pasti sudah familiar dengan etnis Tionghoa apalagi melihat bangunannya. Dari kejauhan Anda akan melihat sebuah bangunan khas Tiongkok dengan perpaduan warna hijau, merah, dan kuning sperti yang sering kita jumpai pada penggambaran sosok naga.
Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Muhammad Cheng Ho ini memang menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma) yang kental dengan nuansa tiongkok lama.
Pada pintu masuknya yang menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk sebagai pelengkap bangunan masjid.
Bergerak ke bangunan utama, Anda akan melihat delapan sisi pada bagian atasnya. Masjid yang berdiri diatas tanah seluas 21 x 11 meter persegi dengan luas bangunan utama 11 x 9 meter persegi ini juga mampu menampung sekitar 200 jama'ah.
Angka-angka yang ada pada pembangunan masjid ternyata buka sembarang angka karena mengandung makna tertentu. Angka 11 untuk ukuran Ka'bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/ kejayaan dalam bahasa Tionghoa).
Perpaduan Gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid ini. Arsitektur Masjid Cheng Ho sendiri diilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada 996 Masehi.
Sementara itu Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atau atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal, Jawa.
Sejarah pendirian masjid ini adalah atas prakarsa para sesepuh, penasehat, pengurus PITI, dan pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia Jawa Timur serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya.
Sedangkan pemberian namanya didasarkan sebagai bentuk penghormatan pada Cheng Ho, Laksamana asal Cina yang beragama Islam. Dalam perjalanannya di kawasan Asia Tenggara, Cheng Ho bukan hanya berdagang dan menjalin persahabatan, tapi juga menyebarkan agama Islam.
Bila datang ke Surabaya, Anda bisa mampir ke masjid yang diresmikan pada Oktober 2002 ini untuk beribadah atau mengagumi perpaduan arsitekturnya yang mencerminkan keselarasan beragama di Indonesia. (wikipedia/*/X-12)
MASJID terbalut bangunan khas Tionghoa. Hmm, hal seperti ini nampaknya masing jarang di Indonesia namun bukan berarti tidak ada karena di Surabaya tepatnya di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Anda akan menemukan masjid yang seperti ini yaitu Masjid Cheng Ho.
Mendengar namanya saja, kita pasti sudah familiar dengan etnis Tionghoa apalagi melihat bangunannya. Dari kejauhan Anda akan melihat sebuah bangunan khas Tiongkok dengan perpaduan warna hijau, merah, dan kuning sperti yang sering kita jumpai pada penggambaran sosok naga.
Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Muhammad Cheng Ho ini memang menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma) yang kental dengan nuansa tiongkok lama.
Pada pintu masuknya yang menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk sebagai pelengkap bangunan masjid.
Bergerak ke bangunan utama, Anda akan melihat delapan sisi pada bagian atasnya. Masjid yang berdiri diatas tanah seluas 21 x 11 meter persegi dengan luas bangunan utama 11 x 9 meter persegi ini juga mampu menampung sekitar 200 jama'ah.
Angka-angka yang ada pada pembangunan masjid ternyata buka sembarang angka karena mengandung makna tertentu. Angka 11 untuk ukuran Ka'bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/ kejayaan dalam bahasa Tionghoa).
Perpaduan Gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid ini. Arsitektur Masjid Cheng Ho sendiri diilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada 996 Masehi.
Sementara itu Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atau atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal, Jawa.
Sejarah pendirian masjid ini adalah atas prakarsa para sesepuh, penasehat, pengurus PITI, dan pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia Jawa Timur serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya.
Sedangkan pemberian namanya didasarkan sebagai bentuk penghormatan pada Cheng Ho, Laksamana asal Cina yang beragama Islam. Dalam perjalanannya di kawasan Asia Tenggara, Cheng Ho bukan hanya berdagang dan menjalin persahabatan, tapi juga menyebarkan agama Islam.
Bila datang ke Surabaya, Anda bisa mampir ke masjid yang diresmikan pada Oktober 2002 ini untuk beribadah atau mengagumi perpaduan arsitekturnya yang mencerminkan keselarasan beragama di Indonesia. (wikipedia/*/X-12)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar